ABSTRACT
Enamel
hypoplasia is defined as an incomplete or defective formation of the organic
enamel matrix of teeth. Deficiency of nutrition, especially Magnesium
deficiency is one of the factor that caused enamel hypoplasia. There are some
deformation as the result of enamel hypoplasia, such as: discoloration,
distortion, and atrofic changes. This paper will discuss about the use of
magnesium for enamel and the effect of deficiency magnesium for enamel
hypoplasia.
Keyword
: Enamel hypoplasia, Magnesium deficiency, Enamel deformations.
PENDAHULUAN
Enamel dibentuk oleh sel yang disebut sebagai
ameloblast, yang berasal dari lapisan embrio yang dikenal sebagai ektoderm. Enamel
sebenarnya merupakan bagian gigi yang paling keras, terkuat, dan
termineralisasi paling tinggi dari seluruh tubuh. Susunan enamel agak istimewa
yaitu penuh dengan garam-garam kalsium. Enamel terbuat dari crystal hidroksi
apatit antara lain ion carbonat, magnesium dan potassium yang berikatan dalam
satu matriks yang kuat dari serat protein yang tidak dapat larut.1
Penyakit sistemik, defisiensi nutrisi, dan faktor
lingkungan dapat menghasilkan cacat struktural dari enamel, yang tidak
turun-temurun, tetapi masih dianggap berkembang2. Salah satu dari
kelainan enamel ini adalah hipoplasia enamel.
Hipoplasia Enamel adalah suatu kondisi dalam mulut
yang memperlihatkan adanya pembentukan enamel gigi yang tidak sempurna. Kondisi
ini merupakan bentuk dari amelogenesis imperfekta dan seringkali ditunjukkan
dengan perubahan dalam matriks organik enamel yang dapat menyebabkan
bintik-bintik putih, penyempitan garis pit & groove sehingga secara klinis
terlihat pada suatu bagian dari gigi tidak terbentuk enamel dan kadang-kadang
sama sekali tidak terbentuk enamel serta perubahan warna menjadi kuning, kemerahan
atau coklat pada gigi3
Makalah ini akan membahas salah satu penyebab dari
hipoplasia enamel yaitu defisiensi nutrisi atau lebih spesifiknya defisiensi
magnesium.
HIPOPLASIA ENAMEL
Hipoplasia enamel adalah salah satu
bentuk dari amelogenesis imperfekta. Amelogenesis imperfekta adalah kelainan
cacat herediter pada enamel yang tidak berhubungan dengan kelainan cacat
umumnya. Cacat ini merupakan gangguan pada lapisan ektodermal sedangkan lapisan
mesodermalnya normal. Klasifikasi amelogenesis imperfekta menurut Winter dan
Brook (1969) dibagi atas 3 tipe besar yaitu hipoplasia enamel, hipomaturasi dan
hipokalsiflkasi dan kemudian dibagi 11 tipe kecil. Gambaran klinis tipe
hipoplasia enamel adalah tipis berlubang, beralur dan bila menyeluruh mempunyai
struktur tidak sempurna, tipe hipomineralisasi ketebalan normal dan permukaan
halus. Sedangkan tipe hipokalslfikasi enamel terlihal normal tetapi lebih lunak
dan abrasi mudah terjadi. Tujuan perawatan amelogenesis imperfekta adalah unluk
menghilangkan rasa sakit, estetis, dan efisiensi pengunyahan sehingga dapat
menjaga ataupun mengoreksi lengkung gigi dan hubungan vertikal yang normal.
Hipoplasia enamel merupakan gangguan pada masa pembentukan
matriks organik yang menyebabkan gangguan struktur pada enamel sehingga secara
klinis terlihat pada suatu bagian dari gigi tidak terbentuk enamel dan
kadang-kadang sama sekali tidak terbentuk enamel, serta diikuti dengan
perubahan warna pada gigi. Gambaran histopatologis hipoplasia enamel adalah
adanya perubahan pada ketebalan enamel, prisma enamel, lamella enamel, garis
Retzius, enamel tuft, enamel spindle serta daerah interglobularis pada dentin
yang bertambah dibandingkan dengan keadaan normal
Ket:
a.garis retzius, b.enamel tuft, c.enamel lamellae, d.dentino enamel junction
Hipoplasia enamel mengakibatkan
perubahan warna pada gigi. Warna gigi dasar diubah oleh adanya cacat yang
sangat mempengaruhi transmisi cahaya melalui dentin dan enamel. Mekanisme lain
yang menyebabkan perubahan warna gigi adalah penetrasi noda ekstrinsik ke dalam
enamel karena porositas enamel meningkat, atau karena adanya cacat enamel.
Warna yang ditimbulkan biasanya menjadi kuning kemerahan atau coklat.
Secara klinis tampak gambaran yang
sangat bervariasi. Gigi dapat tampak cekung berwarna coklat karena tidak
terbentuk email. Hipoplasia dapat pula tampak sebagai ceruk kecil, barisan
lekukan horizontal atau ceruk, atau tampak sederhana sebagai hilangnya lapisan
email. Ditandai dengan ketebalan yang berkurang, menghasilkan bercak putih,
groove sempit dan tipis, depresi dan fisura pada permukaan enamel5.
Hipoplasia enamel didefinisikan
sebagai sebuah formasi tidak lengkap dari matriks organik enamel gigi. Ada dua
tipe hipoplasia enamel yaitu:
1. Tipe
Herediter
2. Tipe
karena faktor lingkungan
Perbedaan
dari kedua tipe ini adalah, pada Tipe Herediter, gigi susu dan gigi permanen
sama-sama berisiko. Sedangkan pada Tipe faktor lingkungan, hanya salah satu
gigi yang terkena (single tooth) tidak keduanya6.
Hipoplasia
terjadi selama proses perkembangan gigi-geligi, atau lebih spesifik lagi pada
tahap formatif perkembangan enamel. Jika enamel telah terkalsifikasi, tidak ada
defek yang terjadi. Oleh karena itu, dengan mengetahui kronologi perkembangan gigi
desidui dan gigi permanen, memudahkan untuk menentukan lokasi defek (kerusakan)
pada gigi6.
Banyak
penelitian telah dilakukan untuk menentukan enamel hipoplasia environmental.
Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Defisiensi
nutrisi
2. Penyakit
eksantema
3. Sifilis
kongenital
4. Kelahiran
prematur
5. Trauma
infeksi lokal6
FUNGSI MAGNESIUM
Enamel terbuat dari crystal hidroksi
apatit antara lain ion carbonat, magnesium dan potassium yang berikatan dalam
satu matriks yang kuat dari serat protein yang tidak dapat larut(dafpus nmor2).
Komponen mineral enamel normaldalam jumlah besar yaitu Ca, P, CO2, Na, Mg, Cl
dan K. Sedangkan dalam jumlah kecil yaitu Fe, F, Zn, Sr, Cu, Mn, Ag. Khusus
untuk magnesium (Mg), memiliki fungsi penting untuk gigi7.
Kurang
lebih 60% dari 20-28 mg magnesium di dalam tubuh terdapat di dalam tulang dan
gigi, 26% di dalam otot, dan selebihnya di dalam jaringan lunak lainnya serta
cairan tubuh. Konsentrasi magnesium rata-rata di dalam plasma sebanyak
0,75-1 mmol /L (1,5-2,1mPq/L).
Magnesium
membantu mengatur kadar kalium dan natrium dalam tubuh, yang terlibat dalam
pengendalian tekanan darah. Magnesium berperan penting dalam pemeliharaan
jaringan gigi, tulang dan otot, mengatur suhu tubuh, produksi dan transportasi
energi, metabolisme lemak, protein dan karbohidrat, kontraksi dan relaksasi otot.
Magnesium berfungsi untuk mencegah karies dengan cara mempertahankan kalsium di
dalam enamel gigi7.
Selama
bertahun-tahun diyakini bahwa asupan tinggi kalsium dan fosfor menghambat
pembusukan dengan memperkuat enamel. Bukti terbaru, menunjukkan bahwa peningkatan
kedua unsur ini tidak berguna kecuali kita meningkatkan asupan magnesium pada
waktu yang sama. Sehingga, susu yang kurang kandungan magnesiumnya tetapi
kandungan kalsium dan fosfornya tinggi dapat mengganggu metabolisme magnesium
dalam mencegah pembusukan.
PENGARUH DEFISIENSI MAGNESIUM
TERHADAP RESIKO TERJADINYA HIPOPLASIA ENAMEL
Malnutrisi
dapat menyebabkan enamel hipoplasia sebagai akibat dari kurangnya bahan yang
dibutuhkan oleh sel untuk menghasilkan matriks enamel. Tanpa matriks organik,
proses kalsifikasi pada enamel tidak dapat terjadi., sehingga terjadilah defek
(kerusakan) pada enamel2.
Pada
manusia, kekurangan magnesium terang-terangan jarang terjadi. Pada hewan
percobaan, diet defisiensi magnesium menyebabkan gangguan pada sistem
neuromuskuler dan pembuluh darah serta perubahan dalam hati, gigi dan ginjal. Efek
dari diet defisiensi magnesium pada gigi dan struktur pendukungnya telah
benar-benar dijelaskan oleh Becks dan Furuta dan oleh Klein. Diet yang mengandung hanya 13 ppm magnesium menyebabkan
ameloblast dari sisi labial dekat apeks gigi incisor yang sedang bertumbuh pada
tikus menunjukkan berbagai tahap degenerasi lokal dengan pembentukan
selanjutnya dari enamel hipoplasia. Daerah hipoplasia meningkat dalam ukuran
dan jumlah dengan durasi percobaan, meskipun perubahan yang dicatat pada semua
hewan setelah 41 hari.
Jadi
untuk mengetahui pengaruh defisiensi magnesium pada enamel gigi, maka dilakukan
penelitian pada gigi tikus oleh Rowett Research Istitute, Amberden oleh Klein.
Tidak ada perubahan yang terjadi pada struktur enamel gigi sampai hari ke-4
dari diet defisiensi Mg4
Setelah
6 hari pada diet, organ enamel menunjukkan granula kapur (calcerous) besar
tertanam dalam substansi pada akhir basis (gambar 1). Sebagai efek defisiensi granula
tersebut berkembang menjadi butiran yang lebih banyak, sehingga menyebabkan
distorsi pada organ enamel (gambar 2)4.
Gambar
1 Gambar 2
Pada
hari ke 23 keseluruhan organ enamel menunjukkan perubahan atrofik, di bagian
proksimal empat lapisan yang normal tidak bisa lagi dibedakan dan hanya
ameloblast dan papila ephitelial tetap. Bagian dari organ enamel ini memang
sedikit berbeda strukturnya dari zona intermediate. Baik epitelium dan papilae, keduanya mengalami
regresi atau mengalami kemunduran dalam ukuran. Pada bagian distal dari
ameloblas, digantikan dengan epitel kubus yang rendah dan papila epitel yang
menyusut tampak di belakang jaringan fibrosa. Jumlah enamel organik yang
tampak, sangat berkurang. Pada tikus dewasa, organ enamel hanya kelihatan di
bagian proximal, dan pada tahap ini organ enamel tersebut sangat menyusut dan
terdistorsi oleh kalsifikasi adventif. Pada zona intermediate, ameloblas yang
diwakili oleh lapisan sel kuboid dan di bagian distal telah menjadi benar-benar
rata. Papila epitel menyusut di banyak tempat dan lenyap sama sekali, nyaris
tidak ada enamel organik4.
Yang
menjadi pertanyaan adalah, apakah akan menimbulkan efek yang sama pada manusia
juga? Dan jawabannya adalah iya. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa efek
yang sama bisa juga tejadi pada manusia yaitu Medical Reaserch April 29, 1961,
Issue of Nature, London. Penemuan itu tidak disengaja, seperti
yang sering terjadi dalam penelitian medis. Sebuah fosfat alkali diberikan
kepada sekelompok 200 pasien, mulai dari lima hingga 56 tahun. Selama periode
tiga tahun, dan sudah diketahui sebagai efek samping yang berpengaruh pada
enamel permukaan gigi.
KESIMPULAN
Hipoplasia
enamel merupakan salah satu dari bentuk kelainan enamel. Penyebab hipoplasia
enamel salah satunya adalah karena defisiensi magnesium. Pada enamel akan
mengalami gangguan pembentukan matriks organik enamel, sehingga pada gigi
kelihatan berwarna coklat karena enamelnya menipis atau bahkan tidak ada.
Selain itu terdapat juga groove yang kecil.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. A.
Boyde. Microstructure of Enamel. Department of anatomy & Developmental
Biology, University College, London. 18-31. 2007
2. Delong,
Lesly & Nancy W Buckhart. 2009. GENERAL
AND ORAL PATHOLOGY. United States : Library of Congress Cataloging.
3. Dr.
Priti Shah, Dr. Monia shakh, Dr. Kevi parikin, Dr. Faiyaz kan. ENAMEL
HYPOPLASIA : THE MULTIDISCIPLINARY APPROACH- 3 CASE REPORT. DENTAL MAGAZINE – JOURNAL.
2011
4. J.
T. IRVING. THE INFLUENCE OF DIETS LOW IN MAGNESIUM UPON THE HISLOGICAL
APPEARANCE OF THE INCISOR TOOTH OF THE RAT. 2008. The Journal of Physiology.
Vol. 99 No.1
5. Josue
Martos, Andrea Gewehr, Emanuele Pam. Aesthetic approach for anterior teeth with
enamel hypoplasia. Contemporary Clinical Dentistry. Vol.3. 2012
6. Rajendran
& Sivapathasundharam. 2009. Shafer’s
Textbook of Oral Pathology ed. 9th. India : Elsevier
7. R.A.
Terpstra & F.C.M. Driessens. Magnesium in Tooth Enamel and Synthetic Apatites.
Institute of Dental Material Science, Catholic University Nijmegen,
Netherlands. 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar