Senin, 18 Maret 2013

PENGARUH DEFISIENSI MAGNESIUM TERHADAP HIPOPLASIA ENAMEL


ABSTRACT
Enamel hypoplasia is defined as an incomplete or defective formation of the organic enamel matrix of teeth. Deficiency of nutrition, especially Magnesium deficiency is one of the factor that caused enamel hypoplasia. There are some deformation as the result of enamel hypoplasia, such as: discoloration, distortion, and atrofic changes. This paper will discuss about the use of magnesium for enamel and the effect of deficiency magnesium for enamel hypoplasia.
Keyword : Enamel hypoplasia, Magnesium deficiency, Enamel deformations.

PENDAHULUAN

Enamel dibentuk oleh sel yang disebut sebagai ameloblast, yang berasal dari lapisan embrio yang dikenal sebagai ektoderm. Enamel sebenarnya merupakan bagian gigi yang paling keras, terkuat, dan termineralisasi paling tinggi dari seluruh tubuh. Susunan enamel agak istimewa yaitu penuh dengan garam-garam kalsium. Enamel terbuat dari crystal hidroksi apatit antara lain ion carbonat, magnesium dan potassium yang berikatan dalam satu matriks yang kuat dari serat protein yang tidak dapat larut.1
Penyakit sistemik, defisiensi nutrisi, dan faktor lingkungan dapat menghasilkan cacat struktural dari enamel, yang tidak turun-temurun, tetapi masih dianggap berkembang2. Salah satu dari kelainan enamel ini adalah hipoplasia enamel.
Hipoplasia Enamel adalah suatu kondisi dalam mulut yang memperlihatkan adanya pembentukan enamel gigi yang tidak sempurna. Kondisi ini merupakan bentuk dari amelogenesis imperfekta dan seringkali ditunjukkan dengan perubahan dalam matriks organik enamel yang dapat menyebabkan bintik-bintik putih, penyempitan garis pit & groove sehingga secara klinis terlihat pada suatu bagian dari gigi tidak terbentuk enamel dan kadang-kadang sama sekali tidak terbentuk enamel serta perubahan warna menjadi kuning, kemerahan atau coklat pada gigi3
Makalah ini akan membahas salah satu penyebab dari hipoplasia enamel yaitu defisiensi nutrisi atau lebih spesifiknya defisiensi magnesium.

HIPOPLASIA ENAMEL
            Hipoplasia enamel adalah salah satu bentuk dari amelogenesis imperfekta. Amelogenesis imperfekta adalah kelainan cacat herediter pada enamel yang tidak berhubungan dengan kelainan cacat umumnya. Cacat ini merupakan gangguan pada lapisan ektodermal sedangkan lapisan mesodermalnya normal. Klasifikasi amelogenesis imperfekta menurut Winter dan Brook (1969) dibagi atas 3 tipe besar yaitu hipoplasia enamel, hipomaturasi dan hipokalsiflkasi dan kemudian dibagi 11 tipe kecil. Gambaran klinis tipe hipoplasia enamel adalah tipis berlubang, beralur dan bila menyeluruh mempunyai struktur tidak sempurna, tipe hipomineralisasi ketebalan normal dan permukaan halus. Sedangkan tipe hipokalslfikasi enamel terlihal normal tetapi lebih lunak dan abrasi mudah terjadi. Tujuan perawatan amelogenesis imperfekta adalah unluk menghilangkan rasa sakit, estetis, dan efisiensi pengunyahan sehingga dapat menjaga ataupun mengoreksi lengkung gigi dan hubungan vertikal yang normal.
Hipoplasia enamel merupakan gangguan pada masa pembentukan matriks organik yang menyebabkan gangguan struktur pada enamel sehingga secara klinis terlihat pada suatu bagian dari gigi tidak terbentuk enamel dan kadang-kadang sama sekali tidak terbentuk enamel, serta diikuti dengan perubahan warna pada gigi. Gambaran histopatologis hipoplasia enamel adalah adanya perubahan pada ketebalan enamel, prisma enamel, lamella enamel, garis Retzius, enamel tuft, enamel spindle serta daerah interglobularis pada dentin yang bertambah dibandingkan dengan keadaan normal


http://htmlimg3.scribdassets.com/8xzq9f4zkplhsz/images/2-d3fa6bf9a4.jpg 
Ket: a.garis retzius, b.enamel tuft, c.enamel lamellae, d.dentino enamel junction
            Hipoplasia enamel mengakibatkan perubahan warna pada gigi. Warna gigi dasar diubah oleh adanya cacat yang sangat mempengaruhi transmisi cahaya melalui dentin dan enamel. Mekanisme lain yang menyebabkan perubahan warna gigi adalah penetrasi noda ekstrinsik ke dalam enamel karena porositas enamel meningkat, atau karena adanya cacat enamel. Warna yang ditimbulkan biasanya menjadi kuning kemerahan atau coklat.
http://img.tfd.com/mosby/thumbs/500105-fx16.jpg
            Secara klinis tampak gambaran yang sangat bervariasi. Gigi dapat tampak cekung berwarna coklat karena tidak terbentuk email. Hipoplasia dapat pula tampak sebagai ceruk kecil, barisan lekukan horizontal atau ceruk, atau tampak sederhana sebagai hilangnya lapisan email. Ditandai dengan ketebalan yang berkurang, menghasilkan bercak putih, groove sempit dan tipis, depresi dan fisura pada permukaan enamel5.
Enamel hypoplasia

            Hipoplasia enamel didefinisikan sebagai sebuah formasi tidak lengkap dari matriks organik enamel gigi. Ada dua tipe hipoplasia enamel yaitu:
1.      Tipe Herediter
2.      Tipe karena faktor lingkungan
Perbedaan dari kedua tipe ini adalah, pada Tipe Herediter, gigi susu dan gigi permanen sama-sama berisiko. Sedangkan pada Tipe faktor lingkungan, hanya salah satu gigi yang terkena (single tooth) tidak keduanya6.
Hipoplasia terjadi selama proses perkembangan gigi-geligi, atau lebih spesifik lagi pada tahap formatif perkembangan enamel. Jika enamel telah terkalsifikasi, tidak ada defek yang terjadi. Oleh karena itu, dengan mengetahui kronologi perkembangan gigi desidui dan gigi permanen, memudahkan untuk menentukan lokasi defek (kerusakan) pada gigi6.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menentukan enamel hipoplasia environmental. Faktor-faktor tersebut adalah:
1.      Defisiensi nutrisi
2.      Penyakit eksantema
3.      Sifilis kongenital
4.      Kelahiran prematur
5.      Trauma infeksi lokal6

FUNGSI MAGNESIUM
            Enamel terbuat dari crystal hidroksi apatit antara lain ion carbonat, magnesium dan potassium yang berikatan dalam satu matriks yang kuat dari serat protein yang tidak dapat larut(dafpus nmor2). Komponen mineral enamel normaldalam jumlah besar yaitu Ca, P, CO2, Na, Mg, Cl dan K. Sedangkan dalam jumlah kecil yaitu Fe, F, Zn, Sr, Cu, Mn, Ag. Khusus untuk magnesium (Mg), memiliki fungsi penting untuk gigi7.
Kurang lebih 60% dari 20-28 mg magnesium di dalam tubuh terdapat di dalam tulang dan gigi, 26% di dalam otot, dan selebihnya di dalam jaringan lunak lainnya serta cairan tubuh. Konsentrasi magnesium rata-rata di dalam plasma sebanyak 0,75-1 mmol /L (1,5-2,1mPq/L).
Magnesium membantu mengatur kadar kalium dan natrium dalam tubuh, yang terlibat dalam pengendalian tekanan darah. Magnesium berperan penting dalam pemeliharaan jaringan gigi, tulang dan otot, mengatur suhu tubuh, produksi dan transportasi energi, metabolisme lemak, protein dan karbohidrat, kontraksi dan relaksasi otot. Magnesium berfungsi untuk mencegah karies dengan cara mempertahankan kalsium di dalam enamel gigi7.
Selama bertahun-tahun diyakini bahwa asupan tinggi kalsium dan fosfor menghambat pembusukan dengan memperkuat enamel. Bukti terbaru, menunjukkan bahwa peningkatan kedua unsur ini tidak berguna kecuali kita meningkatkan asupan magnesium pada waktu yang sama. Sehingga, susu yang kurang kandungan magnesiumnya tetapi kandungan kalsium dan fosfornya tinggi dapat mengganggu metabolisme magnesium dalam mencegah pembusukan.
PENGARUH DEFISIENSI MAGNESIUM TERHADAP RESIKO TERJADINYA HIPOPLASIA ENAMEL
Malnutrisi dapat menyebabkan enamel hipoplasia sebagai akibat dari kurangnya bahan yang dibutuhkan oleh sel untuk menghasilkan matriks enamel. Tanpa matriks organik, proses kalsifikasi pada enamel tidak dapat terjadi., sehingga terjadilah defek (kerusakan) pada enamel2.
Pada manusia, kekurangan magnesium terang-terangan jarang terjadi. Pada hewan percobaan, diet defisiensi magnesium menyebabkan gangguan pada sistem neuromuskuler dan pembuluh darah serta perubahan dalam hati, gigi dan ginjal. Efek dari diet defisiensi magnesium pada gigi dan struktur pendukungnya telah benar-benar dijelaskan oleh Becks dan Furuta dan oleh Klein. Diet yang mengandung hanya 13 ppm magnesium menyebabkan ameloblast dari sisi labial dekat apeks gigi incisor yang sedang bertumbuh pada tikus menunjukkan berbagai tahap degenerasi lokal dengan pembentukan selanjutnya dari enamel hipoplasia. Daerah hipoplasia meningkat dalam ukuran dan jumlah dengan durasi percobaan, meskipun perubahan yang dicatat pada semua hewan setelah 41 hari.
Jadi untuk mengetahui pengaruh defisiensi magnesium pada enamel gigi, maka dilakukan penelitian pada gigi tikus oleh Rowett Research Istitute, Amberden oleh Klein. Tidak ada perubahan yang terjadi pada struktur enamel gigi sampai hari ke-4 dari diet defisiensi Mg4
Setelah 6 hari pada diet, organ enamel menunjukkan granula kapur (calcerous) besar tertanam dalam substansi pada akhir basis (gambar 1). Sebagai efek defisiensi granula tersebut berkembang menjadi butiran yang lebih banyak, sehingga menyebabkan distorsi pada organ enamel (gambar 2)4.
        
Gambar 1                                Gambar 2
Pada hari ke 23 keseluruhan organ enamel menunjukkan perubahan atrofik, di bagian proksimal empat lapisan yang normal tidak bisa lagi dibedakan dan hanya ameloblast dan papila ephitelial tetap. Bagian dari organ enamel ini memang sedikit berbeda strukturnya dari zona intermediate. Baik  epitelium dan papilae, keduanya mengalami regresi atau mengalami kemunduran dalam ukuran. Pada bagian distal dari ameloblas, digantikan dengan epitel kubus yang rendah dan papila epitel yang menyusut tampak di belakang jaringan fibrosa. Jumlah enamel organik yang tampak, sangat berkurang. Pada tikus dewasa, organ enamel hanya kelihatan di bagian proximal, dan pada tahap ini organ enamel tersebut sangat menyusut dan terdistorsi oleh kalsifikasi adventif. Pada zona intermediate, ameloblas yang diwakili oleh lapisan sel kuboid dan di bagian distal telah menjadi benar-benar rata. Papila epitel menyusut di banyak tempat dan lenyap sama sekali, nyaris tidak ada enamel organik4.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah akan menimbulkan efek yang sama pada manusia juga? Dan jawabannya adalah iya. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa efek yang sama bisa juga tejadi pada manusia yaitu Medical Reaserch April 29, 1961, Issue of Nature, London. Penemuan itu tidak disengaja, seperti yang sering terjadi dalam penelitian medis. Sebuah fosfat alkali diberikan kepada sekelompok 200 pasien, mulai dari lima hingga 56 tahun. Selama periode tiga tahun, dan sudah diketahui sebagai efek samping yang berpengaruh pada enamel permukaan gigi.

KESIMPULAN
Hipoplasia enamel merupakan salah satu dari bentuk kelainan enamel. Penyebab hipoplasia enamel salah satunya adalah karena defisiensi magnesium. Pada enamel akan mengalami gangguan pembentukan matriks organik enamel, sehingga pada gigi kelihatan berwarna coklat karena enamelnya menipis atau bahkan tidak ada. Selain itu terdapat juga groove yang kecil. 
.




DAFTAR PUSTAKA
1.      A. Boyde. Microstructure of Enamel. Department of anatomy & Developmental Biology, University College, London. 18-31. 2007
2.      Delong, Lesly & Nancy W Buckhart. 2009. GENERAL AND ORAL PATHOLOGY. United States : Library of Congress Cataloging.
3.      Dr. Priti Shah, Dr. Monia shakh, Dr. Kevi parikin, Dr. Faiyaz kan. ENAMEL HYPOPLASIA : THE MULTIDISCIPLINARY APPROACH- 3 CASE REPORT. DENTAL MAGAZINE – JOURNAL. 2011
4.      J. T. IRVING. THE INFLUENCE OF DIETS LOW IN MAGNESIUM UPON THE HISLOGICAL APPEARANCE OF THE INCISOR TOOTH OF THE RAT. 2008. The Journal of Physiology. Vol. 99 No.1
5.      Josue Martos, Andrea Gewehr, Emanuele Pam. Aesthetic approach for anterior teeth with enamel hypoplasia. Contemporary Clinical Dentistry. Vol.3. 2012
6.      Rajendran & Sivapathasundharam. 2009. Shafer’s Textbook of Oral Pathology ed. 9th. India : Elsevier
7.      R.A. Terpstra & F.C.M. Driessens. Magnesium in Tooth Enamel and Synthetic Apatites. Institute of Dental Material Science, Catholic University Nijmegen, Netherlands. 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar