POKET
PERIODONTAL
Poket
periodontal didefinisikan sebagai pendalaman patologis pada sulkus gingiva.
Poket periodontal merupakan salah satu gejala klinis dari penyakit periodontal.
Semua klasifikasi periodontitis, secara histopatologis menunjukkan perubahan
jaringan pada poket periodontal, mekasisme kerusakan jaringan dan juga
menunjukkan mekanisme penyembuhan.
KLASIFIKASI
Pendalaman
sulkus gingiva dapat terjadi karena pergerakan ke arah koronal dari margin
gingiva, perpindahan ke arah apikal dari attachment gingiva, atau kombinasi
keduanya. Poket periodontal dapat dikelompokkan menjadi :
Gingival
pocket (pseudo pocket): poket
jenis ini dibentuk karena gingival enlargement tanpa kerusakan jaringan
periodontal. Pendalaman sulkus disebabkan peningkatan gingiva dalam jumlah besar.
Periodontal
pocket: poket jenis ini terjadi
dengan kerusakan jaringan pendukung periodontal. Keberlangsungan pendalaman
poket mengarah ke kerusakan jaringan pendukung periodontal san kehilangan gigi.
Dua
jenis poket periodontal :
Suprabony
(supracrestal or supraalveolar), dimana dasar poket berada di koronal tulang
alveolar.
Intrabony
(infrabony, subcrestal or intraalveolar), dimana dasar poket berada di arah
apikal sampai perlekatan tulang alveolar. Pada tipe ini, dinding poket berada
diantara permukaan gigi dan tulang alveolar.
A. Poket gingiva (pseudo gingiva) B. Poket suprabony C. Poket
infrabony
Menurut
Carranza (1990), kedalaman poket dibedakan menjadi dua
jenis, antara lain:
jenis, antara lain:
- Kedalaman biologis
Kedalaman
biologis adalah jarak antara margin gingiva dengan dasar poket (ujung koronal
dari junctional epithelium).
- Kedalaman klinis atau kedalaman probing
Kedalaman
klinis adalah jarak dimana sebuah instrumen (probe) masuk kedalam poket.
Kedalaman penetrasi probe tergantung pada ukuran probe, gaya yang diberikan,
arah penetrasi, resistansi jaringan, dan kecembungan mahkota.
Kedalaman
penetrasi probe dari apeks jaringan ikat ke junctional epithelium adalah ± 0.3
mm. Gaya tekan pada probe yang dapat ditoleransi dan akurat adalah 0.75 N.
Teknik probing yang benar adalah probe dimasukkan pararel dengan aksis vertikal
gigi dan “berjalan” secara sirkumferensial mengelilingi permukaan setiap gigi
untuk mendeteksi daerah dengan penetrasi terdalam. Jika terdapat banyak
kalkulus, biasanya sulit untuk mengukur kedalaman poket karena kalkulus
menghalangi masuknya probe. Maka,dilakukan pembuangan kalkulus terlebih dahulu
secara kasar (gross scaling) sebelum dilakukan pengukuran poket.
Untuk
mendeteksi adanya interdental craters, maka probe diletakkan secara oblique
baik dari permukaan fasial dan lingual sehingga dapat mengekplorasi titik
terdalam pada poket yang terletak di bawah titik kontak
Pada
gigi berakar jamak harus diperiksa dengan teliti adanya keterlibatan furkasi.
Probe dengan desain khusus (Nabers probe) memudahkan dan lebih akurat untuk
mengekplorasi komponen horizontal pada lesi furkasi.
Selain kedalaman poket, hal lain yang penting dalam
diagnostik adalah penentuan tingkat perlekatan (level of attachment). Kedalaman
poket adalah jarak antara dasar poket dan margin gingiva. Kedalaman poket dapat
berubah dari waktu ke waktu walaupun pada kasus yang tidak dirawat sehingga
posisi margin gingiva pun berubah. Poket yang dangkal pada 1/3 apikal akar
memiliki kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan poket dalam yang
melekat pada 1/3 koronal akar. Cara untuk menentukan tingkat perlekatan adalah
pada saat margin gingiva berada pada mahkota anatomis, tingkat perlekatan
ditentukan dengan mengurangi kedalaman poket dengan jarak antara margin gingiva
hingga cemento-enamel junction.
Insersi probe pada dasar poket akan mengeluarkan
darah apabila gingiva mengalami inflamasi dan epithelium poket atrofi atau
terulserasi. Untuk mengecek perdarahan setelah probing, probe perlahan-lahan
dumasukkan ke dasar poket dan dengan berpindah sepanjang dinding poket.
Perdarahan seringkali muncul segera setelah penarikan probe, namun perdarahan
juga sering tertunda hingga 30-60 detik setelah probing.